Rahim Pengganti

Bab 108 "Noda Lipstik"



Bab 108 "Noda Lipstik"

0Bab 108     

Noda Lipstik     

"Kamu gak ikut ke kantor sayang?" tanya Bian.     

"Gak Mas. Aku mau di rumah aja, main sama Melody. Kamu perginya hati hati ya, dah dah Ayah," ucap Carissa.     

Sungguh saat ini rasanya Bian ingin mengumpat. Bagaimana tidak dia akan pergi ke kantor seorang diri dengan pakaian seperti ini, sungguh memalukan bagi Bian. Jika tadinya ada Carissa masih membuat Bian aman, tapi ini dirinya harus pergi ke kantor seorang diri.     

"Benar ini kamu gak ikut?" tanya Bian lagi, Caca hanya menjawab dengan anggukan kepala, setelah itu Bian pun masuk ke dalam mobilnya. Helaan napas berat terdengar jelas, mobil yang dikendarai oleh Bian sudah berjalan keluar dari halaman rumah mereka.     

***     

Carissa masuk ke dalam rumah, hari ini diri nya hanya akan bermain dengan Melody, sekaligus akan ajak anak nya itu bermain ke area main. Karena dirinya sudah berjanji akan mengajak Melody jalan jalan.     

"Kamu jadi ajak Melody ke area bermain di depan?" tanya Bunda Iren.     

Di depan komplek mereka ada sebuah area bermain baru, dan Melody sudah pengen ke sana sejak beberapa hari lalu namun, karena rasa mual dan muntah yang begitu parah membuat Caca belum juga memenuhi janjinya. Makanya hari ini, mumpung dirinya tidak terlalu mual dan muntah, bisa mengajak Melody untuk pergi ke sana.     

"Jadi Bund. Kasihan udah janji tapi belum kesampaian terus. Nanti anaknya ngambek susah bujuknya," jawab Caca.     

"Sama kayak kamu. Dulu kamu juga gitu, apa lagi kalau Alan ngajak main orang lain padahal mau ajarin kamu main sepeda mulai dengan bibir kayak bebeknya terlihat."     

"Gak gitu loh aku dulu Bund. Aku kan anaknya bunda paling baik, da sopan," bela Caca.     

"Masa sih perasaan bunda gak salah loh. Melody itu sama persis dengan kamu, semuanya sama kecuali mata dan bibirnya mirip Ayahnya. Bian banget kalau dua hal itu," ucap Bunda Iren.     

Keduanya masih saling berbincang satu dengan lainnya, sejak panti asuhan sudah ada yang mengelolah. Bunda Iren lebih banyak menghabiskan waktu nya bersama Carissa dan hal itu membuat Bian dan Caca bahagia. Karena mereka yakin, Melody akan selalu aman jika ada Bunda Iren.     

Bukan karena Bian atau Carissa tidak mampu membayar orang untuk mengasuh anak nya, tapi karena ingin Melody lebih dekat dengan keluarga di bandingkan orang lain.     

"Mbak Bund, aku pergi dulu ya," pamit Siska. Wanita itu tampil selalu modis, tidak seseksi dulu. Pakaian yang sudah dikenakan oleh Siska juga mulai panjang dan pas tidak juga ketat seperti sebelumnya.     

Bahkan sekali perubahan dari sikap, tingkah laku dan segala di dalam diri Siska. Hal itu membuat semua orang menjadi bahagia akan perubahan Siska yang jadi lebih baik lagi. Meskipun, semua orang tahu bahwa masih ada secercah perasaan yang mengganjal di dalam hati Siska akan kejadian beberapa bulan lalu.     

"Kamu mau kemana. Bukannya hari ini kosong, nak?" tanya Bunda Iren. Wanita itu tahu, jadwal dan kemana saja Siska pergi, karena setiap saat Siska akan melaporkan kegiatannya dengan Bunda Iren.     

"Aduh iya, bunda aku lupa kasih info sama bunda," ucap Siska dengan senyum yang mengembangkan. Wanita itu lalu mengatakan, bahwa dirinya ada urusan yang harus di kerjakan. Setelah itu Siska pun mulai pamit dari tempat itu.     

***     

Bian sudah menahan dirinya untuk tidak mengumpat semua orang yang ada di dalam kantornya. Semua hal ini terjadi, karena kemeja merah muda yang dirinya gunakan. Membuat Bian benar benar ingin marah, seolah mereka semua melihat Bian dengan tatapan yang begitu aneh.     

"Ketawa aja lo kalau mau ketawa. Gak usah di tahan gitu, gue benci lihatnya," ucap Bian kesal. Mendengar hal itu seketika tawa Andrian pecah pria itu tertawa dengan sangat besar. Sungguh penampilan Bian hari ini begitu berbeda, Bian yang selalu menggunakan pakaian serba hitam atau abu abu tiba tiba menggunakan kemeja berwarna merah muda, astaga hal ini membuat Andrian tidak habis pikir.     

"Gini nih, kalau buaya udah ketemu sama pawangnya. Mau digimanain juga pasti nurut, bisa bisa ibu Negara marah besar kalau perintahnya gak didengarkan," ledak Andrian. Bian hanya bisa menatap Andrian kesal.     

"Berisik banget si lo. Mending sekarang lo pergi deh, kesel gue makin bertambah kalau ada lo di sini," ucap Bian. Andrian semakin menjadi pria itu bukan nya menuruti perintah Bian tapi malahan berada di dalam ruangan itu terus.     

"Tapi emang benar sih kata orang orang. Buaya itu hanya akan takluk hanya saat pawang nya pas, kalau pawangnya gak pas gak bakalan takluk. Dulu pas dengan Della lo gak sebucin ini, tapi lihat sekarang lo beneran udah bucin akut dengan Caca," ucap Andrian lagi. Bian terdiam, apa yang di ucapkan oleh Andrian memang benar, dulu dirinya hanya biasa biasa saja. Meskipun dia begitu mencintai Della saat itu, tapi dengan Carissa rasa itu berbeda, dirinya seolah mendapatkan hal baru dengan Caca.     

"Ada kerja apa hari ini? Ada yang begitu penting kah? Atau gak ada, biar gue bisa pulang cepat. Gak betah gue di sini pakai baju ginian," ucap Bian.     

"Santai bro. Lo gak ada janji penting, cuma tadi Siska calling gue. Katanya suruh lo tunggu dia. Entah ada apa gue gak tahu, cuma itu yang dia sampaikan. Oh ya, handphone lo kek nya mati, jadi pas di nelpon lo gak angkat dan gak nyambung juga."     

Andrian langsung menjelaskan semuanya, pria itu tidak mau membuat Bian salah paham. Bian lebih proaktif kalau ada salah satu temannya mendekati Siska seperti Elang dulu, dan hal itu tidak mungkin akan terulang.     

"Bi. Gue mau nanya sama lo," ucap Andrian.     

"Apaan. Lo tumben bilang gini, biasanya kalau mau nanya ya tinggal nanya doang. Ada apa sih, jangan jangan lo korupsi ya di kantor gue atau lo …,"     

"Anjing gue gak gitu bambang, astaga gue pukul juga lo," potong Andiran. Pria itu tidak habis pikir dengan ucapan Bian yang benar benar membuat kesal dirinya.     

"Ya lo juga sih, bikin gue mikirnya gitu. Lo kalau mau ngomong biasanya tinggal ngomong gak pake izin izin segala. Kok kayak mau masuk pengadilan gitu," jawab Bian.     

"Udah ah gak jadi gue kesal kalau ngomong sama lo. Udah lah gue pergi, nanti aja gue nanya nya     

Oh ya ini berkas lo baca dan tanda tangani ya."     

Setelah itu, Andrian pergi dari ruangan Bian sedangkan Bian sudah tertawa melihat ekspresi Andrian yang sudah kesal lebih dulu.     

***     

Saat ini Melody sedang bermain di area mandi bola. Sedangkan Carissa mengawasi anak nya itu tak jauh dari tempat tersebut. Melody begitu bahagia, apa lagi bi Susi di ajak ke sana kemari oleh anak kecil itu.     

Ya, Caca dan Melody tidak pergi berdua. Itu semua atas saran Bunda Item, supaya bisa maksimal menjaga Melody bukan karena tidak yakin dengan Carissa tapi karena perut Carissa yang sudah membuncit membuat gerak Caca sedikit lebih lambat, dan untunglah hal itu tidak membuat Carissa marah. Wanita hamil itu senang dan bahagia, saat bunda Iren mengusulkan hal tersebut.     

"Ibu duduk di sana aja. Biar saya yang lihat lihat non Melody," ujar Susi. Carissa menganggukkan kepalanya, lalu duduk di bangku panjang yang juga aman untuk dirinya.     

Terlihat jelas Melody begitu senang dengan semua permainan yang ada di sana, anak kecil itu berlari kesana kemari melempar mengambil dan menendang semua hal yang aman untuk dilakukan.     

"Caca!!" pekik seseorang. Carissa menoleh ke arah belakang, wanita itu melihat siapa yang memanggilnya ternyata salah satu tetangga kompleknya.     

Carissa tersenyum kaku, wanita itu adalah orang yang terkenal dengan gosip gosipnya. Setiap arisan, Caca lebih banyak menghindari wanita itu karena malas dengan urusan urusan seperti itu. Tapi kali ini sepertinya Caca tidak bisa menghindari dirinya lagi.     

"Hai mbak Netty, apa kabar?" tanyanya.     

"Aku baik Ca. Udah gede aja ya, berapa bulan?" tanya Netty.     

"7 bulan mbak."     

"Kapan pengajian. Jangan lupa ibu ibu arisan di undang ya. Sendirian?" tanyanya lagi.     

"Nggak mbak. Sama Melody dan bi Susi. Itu lagi main," tunjuk Carissa.     

"Sama aku juga lagi nemani Alexa. Itu di sana sama sepupu sepupunya."     

Carissa hanya tersenyum, Netty banyak bercerita mengenai semua hal. Carissa hanya menjadi pendengar yang baik dan benar, namun ada sebuah cerita yang membuat hati Caca sedikit tidak nyaman.     

"Jadi kita harus hati hati Ca. Suaminya Kinan itu baik banget, tapi bisa bisanya selingkuh. Apa lagi kamu tahu, gimana cantiknya Kinan kan, namanya buaya ya gitu. Jadi kamu harus bisa jaga Bian," ucap Netty.     

Carissa hanya menanggapi dengan senyuman, entah kenapa perkataan Netty membuat perasaan Carissa jadi tidak tenang. Bukan karena dirinya tidak percaya dengan Bian, tapi siapa yang tahu ke depannya seperti apa.     

Sepanjang perjalanan Caca jadi memikirkan apa yang diucapkan oleh Netty, wanita itu jadi takut dengan akan kejadian Kinan. Hormon ibu hamil membuat Carissa lebih sensitif dalam segala hal.     

***     

Malam harinya, Bian punya dengan lengan baju di gulung ke atas. Rencananya mau pulang lebih cepat batal, karena urusannya dengan Siska ternyata sedikit lama selesainya. Keduanya tidak pulang bersama, karena Siska akan pekerjaan lainnya. Sehingga saat ini hanya Bian yang baru sampai rumah.     

Hal pertama yang terlihat adalah Carissa sedang berbaring bersama dengan Melody di tempat tidur, sembari membaca sebuah buku. Anak mereka memang akhir akhir ini sangat suka dengan buku, sama seperti Carissa saat masih kecil.     

Bukan langsung ikut merebahkan dirinya di samping Melody. Anak itu seketika memeluk Bian dengan erat. "Manjanya anak Ayah. Kangen ya Nak," ucap Bian sembari mengusap rambut Melody.     

Setelah bermain main sebentar dengan Melody, Bian pun masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Caca mengambil pakaian kotor suaminya itu dan meletakkan di keranjang pakaian. Namun, ada sesuatu hal yang mencolok membuat Carissa menatap dengan intens.     

"Noda Lipstik siapa ini?" tanyanya ketika melihat noda berwarna merah ada di dekat kerah baju Bian.     

Deg     

Deg     

##     

Halo noda lipstik siapa. Astaga ibu hamil lagi curiga guys. He he he, selamat membaca ya dan sehat terus buat kita semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.